Posted by DKT EKONOMI on Friday, September 19, 2014
JAKARTA, kabarbisnis.com:
Industri riset pasar Indonesia kini mengalami pertumbuhan yang
menggembirakan, sejalan dengan membaiknya kondisi ekonomia nasional.
Saat ini potensi industri riset pasar mampu meraup Rp800-900 miliar,
dari perusahaan yang ingin mengetahui produknya, pasar dan perilaku
konsumen.
"Kesadaran perusahaan besar di Indonesia untuk
melakukan riset pasar, kini sudah tumbuh bagus. Tahun 2008 tumbuh 14%,
2009 naik menjadi 18% dan tahun 2010 bisa mencapai di atas 20%, karena
saat ini masih dihitung," ungkap Ketua Perhimpunan Riset Pemasaran
Indonesia (Perpi) Sjafril Djalal di Jakarta, Selasa (15/3/2011).
Sebaliknya, sambung dia, masih banyak perusahaan yang tidak memanfaatkan
industri riset pasar karena dianggap cost dan membuang dana. Padahal,
perusahaan nasional tidak bisa lepas dari penelitian atau riset pasar
agar industri bisa menciptakan produk yang tepat untuk memenuhi
kebutuhan konsumen.
Dijelaskan riset pasar bidang pemasaran atau
sosial research terbukti bisa mendongkrak penjualan produk sebesar
20%n. Karena itu, perusahaan besar akan terus melakukan riset pasar dan
perilaku konsumen untuk seluruh produknya. Dalam hal ini perusahaan
tentunya menargetkan untuk bisa meningkatkan pangsa pasar di dalam
negeri, bahkan untuk eksis di pasar luar negeri.
Saat ini di
Indonesia sudah banyak metode riset pemasaran yang sudah diakui secara
internasional. Di Indonesia terdapat 34 perusahaan riset dari dalam dan
luar negeri. Dari jumlah itu, yang masuk anggota Perpi baru 20
perusahaan.
Menurutnya, industri riset pasar ke depan akan tumbuh
lebih bagus, namun sumber daya manusia (SDM) di bidang riset pasar
masih sangat terbatas. Sehingga dulu seringkali terjadi aksi bajak
membajak tenaga peneliti. Namun kini sejak ada organisasi ini kondisinya
semakin tertib dan saling menghargai.
Global Chairman Taylor
Nelson Sofres (TNS) James Hall mengakui potensi riset pasar di Indonesia
sangat besar. Apalagi kini Indonesia sudah menjadi perhatian industri
global, karena merasa optimis pertumbuhan ekonomi dunia datang dari dua
perspektif yang ada di Indonesia.
Pertama, dari kalangan ekonom
terdapat Goldman Sachs yang mengatakan Indonesia berpotensi masuk ke
kelompok negara yang akan menguasai perekonomian dunia atau biasa
disebut BRIC (Brasil, Rusia, India, Cina). Prediksi ini menunjukkan
Indonesia akan menjadi tujuan investasi sejak sekarang.
"Kedua,
dari kalangan penanam modal, khususnya perusahaan multinasional, yang
mulai melemparkan perhatiannya ke Indonesia. Mereka menilai Indonesia
sebagai pasar yang besar dengan populasi berusia muda, serta
iklimpolitik yang stabil dan demokratis menjadi tempat nyaman
berinvestasi," papar James Hall.
Karena itu, lanjut dia, ke depan
ekonomi dan investor ini menunjukkan Indonesia adalah negara yang
memiliki potensi besar untuk berkembang. Namun sayangnya belum diikuti
dengan perkembangan industri riset pasar yang mendukung, katanya.
Padahal, perusahaan multinasional biasanya menyediakan minimal 10%
alokasi anggaran untuk keperluan riset. Sementara beberapa perusahaan
besar milik pengusaha nasional juga mulai melirik penggunaan riset
pasar. Mengingat, tanpa riset pasar perusahaan itu tidak akan
menghasilkan produk yang diminati konsumen, katanya.
Sumber